Untuk
solusi teknologi di desa-desa wilayah kabupaten Blitar bisa diperoleh dengan
cara mengamati keadaan dan kegiatan di desa-desa tersebut dan mencari hal-hal
yang sama dan yang saling terkait antara desa yang satu dengan desa yang lain.
Contohnya
adalah ketika saya mengamati DesaTalun, Desa Bendosewu dan beberapa desa lain
yang memiliki industri batu bata tradisional yang proses pembakarannya
menggunakan kayu dan sekam padi.
Permasalahan
yang bisa dilihat adalah polusi udara yang ditimbulkan. Hal ini sangat jelas
karena adanya proses pembakaran disana. Hal lainnya adalah karena produksi batu
bata ini bergantung kepada sinar matahari maka hasil produksi juga kurang
maksimal dan masyarakat hanya akan bekerja ketika ada sinar matahari atau bisa dikatakan penghasilan mereka juga tergantung dari
sinar matahari.
Maka
untuk meningkatkan produktivitas produksi ada baiknya masyarakat menggunakan
alat yang mampu untuk mengeringkan batu bata tanpa bergantung kepada sinar
matahari/cuaca. Selain itu alat yang digunakan juga menggunakan sekam padi
karena sekam padi tersedia dan menghemat biaya operasi produksi batu bata.
Berikut ini adalah desain alat pengering batu bata yang menggunakan sekam padi :
Cara
kerja mesin ini adalah panas yang dihasilkan dari tungku disalurkan ke ruang
pengeringan melalui pipa penyalur panas. Suhu dalam ruang pengeringan diatur
supaya stabil dengan menggunakan valve yang mengambil udara dari luar dan
lubang penyeimbang panas.
Suhu untuk memanaskan
keramik membutuhkan panas 4000C, logikanya seharusnya batu bata dan genteng
tidak lebih tinggi kebutuhan panasnya dibandingkan kebutuhan panas yang
digunakan pada pemrosesan keramik.
0 komentar:
Posting Komentar